Peranan Bioteknologi dalam Mengatasi Wabah Flu: Inovasi Diagnosis Cepat dan Pengembangan Vaksin
https://images.aWLTcNwcADQCuraz9pp.goo.gl/E
Belakangan ini, kasus influenza mengalami peningkatan, terutama di negara-negara dengan cuaca dingin. Influenza, atau yang lebih dikenal sebagai flu, merupakan infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan dan memiliki berbagai varian. Salah satu varian virus penyebab flu adalah H1N1 yang termasuk dalam Influenza A. Virus H1N1 memiliki kombinasi protein hemagglutinin (H1) dan neuraminidase (N1) pada permukaannya, yang berperan dalam proses infeksi dan penyebaran di dalam tubuh manusia.
Selain H1N1, ada juga varian lain dari virus Influenza A, seperti H3N2, yang juga sering menyebabkan wabah flu musiman (Gambar 1). Virus influenza terbagi menjadi beberapa tipe utama, yaitu Influenza A, B, C, dan D. Berbeda dengan Influenza A, Influenza B hanya menyerang manusia dan umumnya menyebabkan flu musiman. Virus ini tidak bermutasi secepat Influenza A, sehingga tidak berkontribusi pada pandemi global. Sementara itu, Influenza C cenderung menyebabkan infeksi ringan pada manusia dan jarang menjadi penyebab wabah besar. Terakhir, Influenza D lebih banyak ditemukan pada hewan, terutama sapi, dan hingga saat ini belum diketahui dapat menginfeksi manusia.
Virus influenza sangat mudah menyebar dan menular, terutama melalui percikan droplet saat bersin, batuk, maupun kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi. Virus ini juga terus mengalami evolusi dan mutasi untuk bertahan hidup, sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam tingkat keparahan serta efektivitas pengobatan dan vaksin.
Gambar 1. Patofisiologis Infeksi Virus Influenza H3N2. (a) Inisiasi infeksi virus Influenza H3N2, (b) Penetrasi virus H3N2 ke dalam paru-paru manusia, (c) Replikasi virus secara intraseluler di dalam sel epitel pernapasan, (d) Penyebaran varian H3N2 ke seluruh jaringan, (e) Gangguan vaskular akibat kerusakan yang disebabkan oleh virus, (f) Induksi TNF-alpha dan sitokin proinflamasi, seperti Interleukin-6 dan Interleukin-8, serta (g) Infeksi paru-paru oleh virus H3N2. (Srivastava. et al. 2025)
Bioteknologi memiliki peran penting dalam upaya pencegahan, deteksi, dan pengobatan influenza. Dengan kemajuan teknologi, para ilmuwan dapat mengembangkan metode yang lebih cepat dan akurat untuk mendeteksi virus flu serta menciptakan vaksin yang efektif dalam melindungi manusia dari infeksi:
- Pengembangan Alat Diagnostik Cepat
Virus influenza memiliki antigen, yaitu protein yang terletak di permukaannya, seperti hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Antigen ini memainkan peran penting dalam proses infeksi virus ke dalam tubuh manusia dan menjadi target dalam pengembangan alat diagnostik. Alat diagnostik tes antigen cepat bekerja dengan prinsip reaksi antigen-antibodi, yang memungkinkan identifikasi virus dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 30 menit. Sampel yang telah diekstrak diteteskan ke kartu uji (test cassette) yang mengandung antibodi spesifik terhadap antigen influenza. Jika virus influenza ada dalam sampel, antigen dari virus akan berikatan dengan antibodi yang telah dilabeli dengan penanda warna (Liu et al, 2022).
- Pengembangan Vaksin Influenza
Vaksin influenza adalah salah satu langkah pencegahan paling efektif dalam mengurangi risiko infeksi dan penyebaran virus flu. Karena virus influenza sering mengalami mutasi (antigenic drift dan antigenic shift), vaksin flu diperbarui setiap tahun untuk menyesuaikan dengan strain virus yang beredar.
Ada beberapa jenis vaksin influenza yang dikembangkan dengan teknologi bioteknologi untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi virus. (1) Vaksin inaktif (Inactivated Influenza Vaccine, IIV) dibuat dengan menggunakan virus yang telah dimatikan, sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi tetapi tetap mampu merangsang respons imun tubuh. (2) Sementara itu, vaksin hidup yang dilemahkan (Live Attenuated Influenza Vaccine, LAIV) mengandung virus yang telah dilemahkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan penyakit, tetapi tetap dapat menstimulasi sistem imun untuk membentuk perlindungan terhadap infeksi di masa mendatang. (3) Vaksin berbasis rekombinan (Recombinant Influenza Vaccine, RIV) yang dikembangkan menggunakan teknologi rekayasa genetika sehingga menghasilkan protein antigen spesifik (Srivastava et al, 2025)
Dengan adanya berbagai pencapaian tersebut, bioteknologi dapat terus menjadi harapan dalam menghadapi tantangan kesehatan akibat virus. Pengembangan teknologi yang lebih maju memungkinkan adanya deteksi dini, vaksinasi yang lebih cepat, serta pengobatan yang lebih efektif.
Referensi:
Srivastava, Shriyansh, Nandani Jayaswal, Sachin Kumar, G. S. N. Koteswara Rao, Roja Rani Budha, Aroop Mohanty, Rachana Mehta, et al. 2025. “Targeting H3N2 Influenza: Advancements in Treatment and Vaccine Strategies.” Expert Review of Anti-Infective Therapy 23 (1): 5–18. doi:10.1080/14787210.2024.2443920.
Lin X, Liu XY, Zhang B, Qin AQ, Hui KM, Shi K, Liu Y, Gabriel D, Li XJ. A rapid influenza diagnostic test based on detection of viral neuraminidase activity. Sci Rep. 2022 Jan 11;12(1):505. doi: 10.1038/s41598-021-04538-4. PMID: 35017592; PMCID: PMC8752744.
Penulisan artikel ini menggunakan bantuan AI untuk menghasilkan artikel yang lebih terstruktur.
Comments :