Bioremediasi

https://images.app.goo.gl/pDyqeqntr6Lv1efq6

Bioremediasi berasal dari kata remediate yang berarti memperbaiki, sedangkan bioremediasi berarti menggunakan organisme hidup untuk memperbaiki lingkungan yang tercemar, seperti tanah atau air. Proses ini memanfaatkan metabolisme mikroorganisme seperti bakteri dan jamur untuk mengurai atau menetralkan polutan berbahaya menjadi senyawa yang lebih aman. Bioremediasi dapat dilakukan secara langsung di lokasi pencemaran (in situ) maupun di luar lokasi dengan cara mengangkat tanah atau air yang tercemar untuk dibersihkan di tempat lain (ex situ).

Kebutuhan akan bioremediasi semakin besar seiring meningkatnya polusi akibat aktivitas manusia, seperti limbah industri dan bahan kimia sintetis. Zat beracun ini sering mengendap di tanah atau air tanah dan sulit diatasi dengan metode konvensional seperti pembakaran, ekstraksi, atau penutupan. Selain mahal, metode-metode tersebut berisiko menimbulkan dampak lingkungan tambahan. Di sinilah bioremediasi menjadi alternatif yang menjanjikan karena biayanya lebih murah, bersifat alami, dan dapat diaplikasikan langsung di lingkungan yang tercemar.

Terdapat tiga jenis utama bioremediasi. Pertama, biostimulasi, yaitu teknik menambahkan nutrisi dan oksigen untuk mendorong pertumbuhan mikroorganisme alami yang mampu mengurai polutan. Kedua, bioaugmentasi, yaitu penambahan mikroorganisme tertentu ke lingkungan tercemar agar proses degradasi lebih cepat dan spesifik. Ketiga, bioremediasi alami (intrinsik), yaitu proses pembersihan yang terjadi secara alami tanpa intervensi manusia tetapi tetap memerlukan pemantauan untuk memastikan pencemaran benar-benar terurai dan tidak membahayakan lingkungan. Mikroorganisme seperti Pseudomonas, Alcaligenes, dan jamur Phanaerochaete chrysosporium terbukti efektif menguraikan senyawa berbahaya seperti hidrokarbon, logam berat (timbal, merkuri, kromium), pestisida, pelarut organik, hingga senyawa radioaktif.

Keberhasilan bioremediasi sangat bergantung pada beberapa faktor utama, yaitu keberadaan mikroorganisme yang mampu menguraikan polutan, ketersediaan polutan bagi mikroba, serta kondisi lingkungan seperti jenis tanah, suhu, kelembapan, pH, kadar oksigen, dan nutrien (seperti nitrogen, fosfor, dan karbon). Mikroorganisme yang digunakan biasanya berasal dari lingkungan itu sendiri, karena lebih mampu beradaptasi. Namun, jika populasi mikroba tidak mencukupi, maka perlu dilakukan penambahan mikroba atau nutrisi.

Referensi: 

Chowdhury, S., & Dhauria, P. (2012). BIOREMEDIATION – A NATURAL WAY FOR CLEANER ENVIRONMENT. INTERNATIONAL JOURNAL OF PHARMACEUTICAL, CHEMICAL AND BIOLOGICAL SCIENCES, 2(4), 600–611.

http://www.ijpcbs.com/files/2110-25.pdf