Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat melimpah, termasuk dalam hal keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi dan rendah. Dari sekitar 25.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi, Indonesia juga memiliki sekitar 35.000 jenis tumbuhan tingkat rendah seperti lumut dan alga, dengan 40% di antaranya bersifat endemik (hanya terdapat di Indonesia saja). Selain itu, dua pertiga wilayah Indonesia merupakan lautan, menjadikan negeri ini kaya akan jenis alga laut yang memiliki potensi besar dalam berbagai sektor, terutama sebagai bahan pangan dan pupuk tanaman.

Alga, khususnya rumput laut (makroalga), telah dikenal luas sebagai sumber pangan yang bergizi tinggi. Dalam kandungannya, alga mengandung berbagai bahan organik seperti polisakarida, agarosa, vitamin, mineral, dan senyawa bioaktif yang penting bagi tubuh. Berbagai jenis alga seperti Ulva, Enteromorpha, Gracillaria, Kappaphycus, dan Euchema telah dimanfaatkan dalam bentuk salad, agar-agar, hingga bahan dasar pembuatan karagenan yang banyak digunakan dalam industri makanan sebagai pengental atau pembentuk gel.

 

Selain sebagai sumber pangan, alga juga dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan. Kandungan kimiawi dalam alga laut, seperti nitrogen, fosfor, serta hormon pertumbuhan alami seperti auksin dan sitokinin, menjadikannya sangat potensial sebagai sumber alternatif pengganti pupuk pertanian kimia. Pemanfaatan alga sebagai pupuk didukung pula oleh sifat hidrokoloid alga yang memungkinkannya menyerap banyak air, sehingga meningkatkan kelembaban tanah dan menjadi substrat yang baik bagi mikroorganisme tanah yang membantu dekomposisi dan penyediaan nutrisi tanaman.

Kekayaan alga di Indonesia menawarkan potensi besar dalam bidang pangan dan pertanian. Kandungan nutrisi dan senyawa bioaktifnya menjadikan alga sebagai sumber pangan bergizi, sementara sifat kimiawinya mendukung pemanfaatan sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan. Pemanfaatan alga secara optimal dapat mendukung ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di Indonesia.